BAB TYPOGRAFI



TYPOGRAFI


1 1) Pengertian Tipografi

Secara etimologi, tipografi/typography berasal dari bahasa Yunani. Typos berarti

bentuk, dan Graphein berarti menulis.

Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang seni dan desain huruf (termasuk

simbol) dalam aplikasinya untuk media komunikasi visual melalui metode

penataan layout, bentuk, ukuran dan sifatnya sehingga pesan yang akan

disampaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Secara modern, tipografi berkaitan dengan penataan huruf pada media

elektronik, baik dari segi tampilan maupun output ke berbagai media cetak.

Sedangkan secara tradisional, tipografi berkaitan dengan penataan huruf melalui

media manual berupa lempeng baja yang timbul atau karet (stempel) yang timbul

yang berkenaan dengan tinta dan akan dituangkan ke permukaan kertas.

Ilmu tipografi digunakan pada banyak bidang diantaranya desain grafis, desain

web, percetakan, majalah, desain produk dan sebagainya.

Fungsi utama dari tipografi ialah membuat teks menjadi berguna dan mudah

digunakan. Artinya tipografi berbicara tentang kemudahan membaca teks

(readability) dan kemudahan mengenali setiap huruf dan kata (legibility).



Readability dipengaruhi oleh :

ô€€¹ Jenis huruf

ô€€¹ Ukuran

ô€€¹ Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, perataan dan sebagainya.

ô€€¹ Kontras warna terhadap latar belakang.



Legibility ditentukan oleh :

ô€€¹ Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan

sebagainya.

ô€€¹ Penggunaan warna

ô€€¹ Frekuensi pengamat menemui huruf dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh typografi :
klik disini 


2) Sejarah Tipografi

Bangsa Afrika dan Eropa mengawali pada tahun 35000-4000 sebelum Masehi

dengan membuat lukisan di dinding gua sebagai salah satu sarana utama dalam

suatu komunitas, baik sebagai media untuk mentransmisikan informasi maupun

media untuk kegiatan ritual. Sekitar tahun 3100 SM, bangsa Mesir menggunakan

pictograph sebagai simbol-simbol yang menggambarkan sebuah objek.

Manusia telah mengupayakan berbagai cara terbaik untuk dapat berkomunikasi

lewat tulisan, melalui penggunaan berbagai perangkat dan media. Abad ke-7

Cina menemukan teknik cetak timbul dengan menggunakan tinta. Awal milenium

kedua di Eropa lahir huruf Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat

dengan bentuk tipis-tebal dan ramping, sehingga huruf-huruf tersebut dapat

dituliskan dalam jumlah yang lebih banyak di atas satu halaman buku.

Penemuan mesin cetak dengan sistem movable type pada tahun 1450 oleh

Johann Gensfleisch zum Gutenberg dari Jerman, telah membawa banyak

perubahan yang pesat dalam sejarah tipografi, terutama dalam teknik

pencetakan, pengukuran, serta produksi. Pencetakan dengan movable type

digunakan hampir selama 400 tahun dengan berbagai macam penyempurnaan.

Tahun 1886 Ottmarr Mergenthaler, dari Jerman menemukan mesin typecasting

yang cara kerjanya adalah dengan cara memasangkan sejumlah huruf yang

disusun per baris (linecasting). Mesin ini disebut Lynotype.

Generasi selanjutnya dari teknologi typecasting adalah phototypesetting yang

menggunakan proses film sebelum naskah ditransfer ke lempeng cetakan. Mesin

ini dibuat oleh Herman Freud tahun 1946 di Jerman. Perkembangan selanjutnya

teknik pra-cetak analog yang menggunakan lempengan (plate) sedikit demi

sedikit mulai tergeser oleh teknik pra-cetak digital (digital pre-press).

Perambahan teknologi digital dalam dunia tipografi dimulai pada tahun 1973 oleh

perusahaan bernama IKARUS. Teknologi ini berfungsi untuk membuat huruf

digital sehingga dapat digunakan dalam sistem komputer. Setiap huruf disimpan

dalam data elektronik dengan berbagai perintah yang dapat mengaktifkan

komputer dalam kalkulasi setiap garis ataupun ruang dalam huruf.

Tahun 1984 Adobe Systems merilis PostScript Font dan di tahun 1991 Apple

Computer dan Microsoft Corporation mengeluarkan TrueType Font. PostScript

Font dan TrueType Font adalah huruf elektronik atau sering disebut font.

Hadirnya beragam jenis personal komputer dan perangkat lunak yang semakin

canggih, serta meningkatnya apresiasi para perancang grafis dan masyarakat

umum, merupakan penyebab tejadinya lonjakan kebutuhan terhadap huruf

digital. Hanya dengan sebuah personal komputer perancang huruf (type

designer ) dapat merancang berbagai macam jenis huruf baru dengan waktu

yang lebih singkat. 


3) Perkembangan Huruf

Perjalanan desain dan gaya huruf latin mulai diterapkan pada awal masa

kejayaan kerajaan Romawi. Dalam sejarah perkembangan tipografi lahirnya

desain dan gaya huruf banyak dipengaruhi oleh faktor budaya serta teknik

pembuatannya.

Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama yang berhasil menaklukan Yunani,

membawa peradaban baru dalam sejarah Barat dengan diadaptasikanya

kesusasteraan, kesenian, agama, serta alphabet Latin yang dibawa dari Yunani.

Pada awalnya alphabet Latin hanya terdiri dari 21

huruf : A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P, Q,

R,S, T, V, dan X, kemudian huruf Y dan Z

ditambahkan dalam alphabet Latin untuk

mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani.



Tiga huruf tambahan J, U dan W dimasukkan pada

abad pertengahan, sehingga jumlah keseluruhan

alphabet Latin menjadi 26.



ROMAN SQUARE CAPITALS

Bangsa Romawi dalam masa kejayaannya banyak membuat

bangunan arsitektural berupa monument-monumen yang

berukirkan huruf-huruf. Ukiran huruf pada sebuah monument

memiliki keindahan rupa serta proporsi bentuk yang sangat

baik. Garis-garis sederhana yang terdapat pada bangunan

Capitalis Monumentalis terdiri dari garis tipis-tebal yang

terstruktur dari bentuk geometric seperti kotak, segitiga, dan

lngkaran. Huruf-huruf ini dikenal sebagai jenis Square Capitals

dan merupakan cikal bakal dari huruf kapital yang digunakan sekarang.



ROMAN SCRIPTS

Salah satu gaya Roman Scripts yang teramat penting adalah

Capitalis Quadrata yang banyak digunakan pada abad ke-2

hingga abad ke-5. Huruf ini dibuat dengan pena berujung

datar, yang merupakan versi kaligrafi dari Square Capitals.

Huruf ini banyak digunakan untuk naskah-naskah penting dan

judul buku. Kontras yang kuat antara ketebalan strokes yang

satu dengan yang lain merupakan cirri fisik dari huruf-huruf Roman Scripts.



UNCIAL SCRIPT

Runtuhnya kerajaaan Romawi pada abad ke-3 menyebabkan terbelahnya

kerajaan Romawi menjadi dua wilayah, bagian timur dengan peradaban

Byzantium yang mapan dengan ibukotanya Constantinopel dan bagian barat

terpecah menjadi berbagai perkampungan kecil yang peradabannya hampir

punah. Pada abad pertengahan ini (Medieval Era), sebagian besar masyarakat

hidup dalam kemiskinan, buta huruf,

perdagangan lumpuh dan muncul

feodalisme.

Walaupun Medieval Era sering disebut

sebagai abad kegelapan (The Dark Ages)

namun kegiatan perancangan huruf tidaklahterhenti, terutama untuk kepentingan pembuatan buku-buku. Pada masa itu,

biara-biara umat Nasrani menjadi pusat kegiatan pendidikandan kebudayaan.

Penyelamatan tulisan dan naskah-naskah yang bernuansa keagamaan

merupakan sumber inspirasi serta motivasi utama dalam pengadaan dan

pengembangan pembuatan buku-buku.

Pada periode ini lahir bentuk dan gaya huruf Uncial Scripts dan Half Uncial

Scripts. Kedua huruf ini banyak sekali digunakan oleh gereja-gereja pada abad

ke-5 sampai dengan abad ke-9, hingga huruf-huruf ini memiliki citra yang kuat

sebagai ‘huruf gereja’. Alasan diciptakan gaya huruf ini karena huruf-huruf

Roman sudah terlalu banyak digunakan pada masa-masa sebelumnya. Kata

Uncial berasal dari satuan ukuran tinggi (inch) bangsa Romawi yang disebut

Uncia.



HALF-UNCIAL SCRIPTS

Half-Uncial Scripts atau juga sering disebut Semi-Uncial Scripts merupakan

bentuk asli (prototype) dari huruf kecil, yang tampil hampir bersamaan dengan

Uncial Scripts di sekitar abad ke-4. Para penyalin huruf

banyak menggunakan huruf ini untuk membuat catatancatatan

pendek yang biasanya dituliskan pada tepi sebuah

naskah. Ukuran tinggi Half-Uncial Scripts adalah setengah

dari Uncial Scripts dengan memberikan banyak tekanan pada

ascender dan descender.



CAROLINGIAN MINUSCULE SCRIPTS

Di sekitar abad ke-7, ketika Charlemagne berkuasa menjadi pemimpin di sentral

Eropa, ia banyak menatuh perhatian pada bidang pendidikan dan kesenian.

Konon, Charlemagne tidak dapat membaca dan menulis, namun lewat

gagasannya dibangun sebuah sekolah di istananya dimana diajarkan cara

menyalin dan memproduksi naskah-naskah yang kelak menjadi sumber lahirnya

kembali ilmu pengetahuan dan

kesenian.

Pada masa itu, para penyalin huruf

memiliki kualitas keterampilan yangsangat buruk. Banyak sekali naskah yang sulit dibaca. Untuk menanggulangi

permasalahan ini, Charlemagne mengangkat Alcuin of York, seorang budayawan

dari Inggris sebagai penasihatnya untuk menangani pengadaan buku-buku serta

pembuatan huruf. Alcuin menciptakan suatu standardisasi untuk desain tata letak

serta gaya huruf baru yang kemudian dikenal dengan nama Carolingian

Minuscule Scripts. Huruf ini merupakan pionir dari bentuk huruf kecil kontemporer

yang digunakan sekarang. Carolingian Minuscule Scripts memiliki beberapa

ligatures, ascender, dan descender serta mudah dibaca walaupun ditulis dalam

ukuran huruf yang kecil.



ANGKA ARAB

Bangsa Romawi menulis angka dengan simbol dari huruf capital mereka, seperti

I, V, X, L, C, D, dan M. Di sekitar abad ke-7 bangsa Arab mendominasi

kepiawaian dalam ilmu matematik. Sebelumnya, titik pokok dari kegiatan

matematik berawal dari Mesir ke Yunani kemudian Roma, India, dan akhirnya

masuk ke Arab. Baru kemudian di sekitar abad ke-13, angka yang bentuk

dasarnya berawal dari alphabet Arab diterapkan ke dalam sistem alphabet Latin.



GOTHIC

Titik puncak dari periode Gothic berlangsung antara abad ke-12 hingga abad ke-

15 yang dimotori oleh para humanis Itali di jaman Renaissance. Periode Gothic

ditandai dengan dimunculkannya kembali elemen-elemen klasik ke dalam

perbendaharaan visual.

Ciri dari huruf Gothic adalah dominasi garis-garis

vertikal yang sangat kuat serta penggunaan ornamentornamen

pada huruf inisial. Tulisan bergaya Gothic

secara umum sangat dekoratif serta sukar dibaca. Inimerupakan contoh dari peranan nilai estetik yang lebih dominan dibanding nilai

fungsionalnya, seperti terlihat dari penamaan untuk salah satu huruf Gothic yang

disebut Textura.



RENAISSANCE

Dalam dunia seni, periode Renaissance ditandai dengan kembalinya komponen

klasik di berbagai media. Kata Renaissance berarti lahir kembali. Dalam dunia

desain grafis lahirnya kembali kesusasteraan klasik dikaitkan erat dengan

pendekatan-pendekatan yang inovatif terhadap desain-desain buku yang

mencakup rancangan huruf, tata letak, ilustrasi gambar, serta ornamen.

Pada periode Renaissance alphabet latin yang dalam bentuk Square Capitals,

menjadi subjek analisis para seniman dan ahli matematik. Mereka tidak

menciptakan bentuk-bentuk huruf, namun lebih kepada

penemuan prinsip konstruksi huruf yang dapat menjadi

referensi penting bagi para perancang atau penyalin

huruf. Pada tahun 1463, Felice Feliciano merancang

Alphabetum Romanum, sebuah pola konstruksi huruf

dengan menggunakan bentuk bujur sangkar yang di

dalamnya terdapat sebuah lingkaran yang beraksis pada persilangan dua garis

diagonal. Pola konstruksi ini dapat mengontrol setiap pengembangan komponen

pada huruf yang keseluruhannya berbasis pada bentuk-bentuk geometrik.



BAROQUE SCRIPTS

Rancangan huruf dalam periode

Baroque pada abad ke-16 sampai

dengan abad ke-17 memiliki tendensi

kepada seni kaligrafi. Desain huruf

dipenuhi oleh hiasan serta ornamen

dari elaborasi guratan-guratan garis

yang memberikan kesan mewah.









ERA REVOLUSI INDUSTRI

Aktivitas tradisional type foundry yang menggabungkan

pembuatan dan produksi huruf dengan tangan mulai punah

karena tuntutan produksi yang membutuhkan waktu sangat

cepat. Para spesialis desain dan produksi didistribusikan

menjadi dua kelompok, yaitu desain dan produksi cetak.

Desain grafis memegang peranan penting dalam kegiatan

pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh berbagai

pabrik dan industri. Billboard dan poster pada masa itu

merupakan media penting dalam periklanan yang banyak

sekali digunakan. Eksekusi gambar atau tanda-tanda

ditransformasikan ke dalam bentuk abstrak visual yang lebih

nyata dengan proyeksi bentuk yang kuat dan ukuran yang besar.



ART NOUVEAU

Art Nouveau mengangkat alam sebagai referensi dengan

keindahan dan harmoni berbasis pada bentuk-bentuk

geometrik yang alami. Art Nouveau diidentifikasikan

secara visual dengan bentuk-bentuk organik, yang

menyerupai tanaman. Garis-garis hadir mendominasi

ruang, sedangkan properti visual yang lain seperti warna

dan tekstur menjadi minoritas. Eksistensi ornamenornamen

organik dalam desain huruf pada periode Art

Nouveau tidak lagi menjadi penghias saja, namun terintegrasi dalam struktur

sebuah huruf.





ERA REVOLUSI INDUSTRI

Aktivitas tradisional type foundry yang menggabungkan

pembuatan dan produksi huruf dengan tangan mulai punah

karena tuntutan produksi yang membutuhkan waktu sangat

cepat. Para spesialis desain dan produksi didistribusikan

menjadi dua kelompok, yaitu desain dan produksi cetak.

Desain grafis memegang peranan penting dalam kegiatan

pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh berbagai

pabrik dan industri. Billboard dan poster pada masa itu

merupakan media penting dalam periklanan yang banyak

sekali digunakan. Eksekusi gambar atau tanda-tanda

ditransformasikan ke dalam bentuk abstrak visual yang lebih

nyata dengan proyeksi bentuk yang kuat dan ukuran yang besar.



ART NOUVEAU

Art Nouveau mengangkat alam sebagai referensi dengan

keindahan dan harmoni berbasis pada bentuk-bentuk

geometrik yang alami. Art Nouveau diidentifikasikan

secara visual dengan bentuk-bentuk organik, yang

menyerupai tanaman. Garis-garis hadir mendominasi

ruang, sedangkan properti visual yang lain seperti warna

dan tekstur menjadi minoritas. Eksistensi ornamenornamen

organik dalam desain huruf pada periode Art

Nouveau tidak lagi menjadi penghias saja, namun terintegrasi dalam struktur

sebuah huruf.



BAUHAUS

Sebuah institusi seni di

Jerman bernama Das

Staatliches Bauhaus-

Weimar mempunyai misi utama menciptakan desain-desain dengan pengadaptasian yang lebih baik

sesuai dengan kenyataan industri baru dimana simplisitas dan fungsi lebih

diutamakan.

Salah satu karya penting Bauhaus adalah jenis huruf Universal yang diciptakan

oleh Herbert Bayer pada tahun 1925.



SANS SERIF

Pada awal abad ke-20 di Jerman, pencarian terhadap bentuk-bentuk huruf baru

merupakan simbolisasi penolakan terhadap gaya-gaya huruf lama (Blackletter

ataupun seriftype) yang dianggap tidak lagi mewakili semangat modernisme.

Huruf sans serif dianggap sebagai pilihan sempurna karena lebih mudah dibaca.

Dua jenis huruf sans serif yang pernah diciptakan

sebelumnya dan sangat terkenal adalah Akzidens Grotesk,

yang dibuat tahun 1898 oleh Berthold Foundry dan Venus

yang dibuat pada tahun 1907 oleh Stempl Foundry.

Huruf sans serif yang paling berpengaruh dalam abad ke-20 adalah Futura,

diciptakan oleh Paul Renner pada tahun 1927. Menggunakan prinsip tiga

komponen geometric (kotak, lingkaran, dan segitiga). Futura merupakan huruf

sans serif pilihan para perancang grafis di sekitar tahun 1930. TIPOGRAFI DIGITAL

Kehadiran teknologi komputer memberikan solusi yang lebih

bersifat teknis bagi perkembangan dunia tipografi. Kecanggihan

perangkat keras dan perangkat lunak telah memberikan banyak

peluang serta mempermudah pekerjaan para perancang huruf

untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru dalam

proses penciptaan desain huruf baru.

Esensi dari konsep tipograsi digital

adalah teknik skala (scaling). Huruf

dapat dengan mudah diperbesar

atau diperkecil pada layar monitor

dengan tampilan serta hasil pencetakan yang solid dengan kualitas ketajaman

yang sempurna. Huruf Bitmap (Bitmap Font) yang muncul di sekitar awal tahun

1980 memiliki kualitas output dengan resolusi tetap 72 dot per inch (dpi) dalam

ukuran tetap 12 pt. Apabila huruf ini dicetak dengan menggunakan printer yang

memiliki resolusi 600 dpi, maka kualitas yang dihasilkan akan tetap 72 dpi. Begitu

pula apabila huruf dengan ukuran 12 pt diperbesar menjadi 24 pt atau lebih akan

terlihat bergerigi (jaggies).

Format PostScript dan TrueType merupakan jawaban dari permasalahan yang

dimiliki oleh Bitmap Fonts. PostScript dan TrueType sering disebut juga sebagai

outline fonts atau scalable fonts. Keduanya didiskripsikan secara matematik

dengan berbagai instruksi yang dapat mengaktifkan computer dan printer untuk

“menggambar” huruf dalam berbagai ukuran dan resolusi,

Yang membedakan antara PostScript dan TrueType adalah cara pembentukan

garis-garis lengkung yang menggunakan beberapa buah titik.

PostScript

Menggunakan metode Bezier Curves dengan minimum pemakaian empat buah

titik untuk menghasilkan sebuah garis lengkung yang terdiri dari dua titik akhir

dan dua titik kontrol.


sumber :1. https://www.jurnalweb.com/contoh-tipografi-anamorphic-keren/ 
              2. Iswindari, Peny.2013.PengolahanCitraDigital1.BSE.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Berbagai Tombol Dan Fungsinya Pada Kamera DSLR

Apa itu Desain Grafis?

MENGENAL SEGITIGA EKSPOSUR (EXPOSURE TRIANGLE)